MAKALAH SEJARAH KERAJAAN ISLAM
DI SULAWESI DAN MALUKU
Diajukan untuk melengkapi tugas
Dari bidang studySejarahKebudayaan Islam
Kelas IX H
Disusun oleh :Kelompok 4
Nama :
-
AmaliaNurulImamah
-
Amanda Maulidya
-
IndanaZulfa
-
Mauliana Julia Ifada
-
ShendyArmania
-
Uswatun Hasanah
MADRSAH
TSANAWIYAH NEGERI SRONO
TAHUN PELAJARAN
2012-2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………
BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………….
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
B.
TUJUAN ………………………………………………………………….
BAB 2 ISI
A.
SEJARAH KERAJAAN GOA TALLO………………………………….
B.
SEJARAH KERAJAAN TERNATE DAN TIDORE……………………
BAB 3 PENUTUP
A.
KESIMPULA…………………………………………………………….
B.
SARAN…………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….
Kata Pengantar
Puji syukur Ke Hadirat Yang Maha
Esa kami tim Republik IX H (RESAH) akhirnya masih diberi kemampuan untuk
menyelesaikan secara tuntas Penyusunan Buku Penunjang RESAH yang berkarakter
dalam rangka mengembangkan kompetensi, membangun karakter dan budaya bangsa.
Suatu kebahagiaan tersendiri
bagi kami bisa mengimlementasikan apa yang ada di benak sanubari kami yang
berupa idealisme kami dalam rangka ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.
Di sisi lain kami harus berfikir
dan bekerja keras karena dituntut untuk selalu menyesuaikan dengan kebutuhan
agar buku yang kami susun ini ada manfaatnya untuk menjadikan anak didik /
siswa-siswi sebagai generasi bangsa yang cerdas serta berbudi pekerti yang luhur, menjunjung tinggi harkat dan
martabat bangsa. Berdasarkan nilai-nilai luhur yang tersirat pada butir-butir
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Sabtu,
19 Oktober 2013
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LatarBelakangMasalah
Latar
belakang dibuatnya makalahini adalah untuk melengkapi tugas dari
bidang study SejarahKebudayaan Islam. Proses
pendidikantidakhanyaterpusatpadabukulks yang kuranglengkapkarenaitulah kami
sebagaikelompok 4 menyusunmakalahuntukmelengkapimateritentangKerajaan Goa
TallodanKerajaan Ternate sertaTidore yang bersumberdari Internet.
B.
Tujuan
a.
MenjalankantugasSejarahKebudayaan Islam
b.
Menambahpengetahuan
c.
Mengetahuisejarahkerajaan – kerajaanislam
BAB 2
ISI
KERAJAAN GOWA TALLO
A.
SejarahKerajaan Goa
Tallo
Menurut
mitologi, sebelum kedatangan Tomanurung di tempat yang kemudian menjadi bagian
dari wilayah kerajaan Gowa, sudah terbentuk sembilan pemerintahan otonom yang
disebut Bate Selapang atau Kasuwiyang Salapang (gabungan/federasi). Sembilan
pemerintahan otonom tersebut adalah Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data,
Agang Jekne, Bissei, Kalling dan Serro. Pada awalnya, kesembilan pemerintahan
otonom ini hidup berdampingan dengan damai, namun, lama kelamaan, muncul
perselisihan karena adanya kecenderugnan untuk menunjukkan keperkasaan dan
semangat ekspansi. Untuk mengatasi perselisihan ini, kesembilan pemerintahan
otonom ini kemudian sepakat memilih seorang pemimpin di antara mereka yang
diberi gelar Paccallaya. Ternyata rivalitas tidak berakhir dengan kesepakan
ini, karena masing-masing wilayah berambisi menjadi ketua Bate Selapang. Di
samping itu, Paccallaya ternyata juga tidak mampu menyelesaikan permasalahan
yang terjadi. Hingga suatu ketika, tersiar kabar bahwa di suatu tempat yang
bernama Taka Bassia di Bukit Tamalate, hadir seorang putri yang memancarkan
cahaya dan memakai dokoh yang indah.
Mendengar
ada seorang putri di Taka Basia, Paccallaya dan Bate Salapang mendatangi tempat
itu, duduk tafakkur mengelilingi cahaya tersebut. Lama-kelamaan, cahaya
tersebut menjelma menjadi wanita cantik, yang tidak diketahui nama dan
asal-usulnya. Oleh karena itu, mereka menyebutnya Tomanurung. Lalu, Paccallaya
bersama Kasuwiyang Salapang berkata pada Tomanurung tersebut, “kami semua
datang kemari untuk mengangkat engkau menjadi raja kami, sudilah engkau menetap
di negeri kami dan sombaku lah yang merajai kami”. Setelah permohonan mereka
dikabulkan, Paccallaya bangkit dan berseru, “Sombai Karaeng Nu To Gowa
(sembahlah rajamu wahai orang-orang Gowa).
Tidak
lama kemudian, datanglah dua orang pemuda yang bernama Karaeng Bayo dan
Lakipadada, masing-masing membawa sebilah kelewang. Paccallaya dan kasuwiyang
kemudian mengutarakan maksud mereka, agar Karaeng Bayo dan Tomanurung dapat
dinikahkan agar keturunan mereka bisa melanjutkan pemerintahan kerajaan Gowa.
Kemudain semua pihak di situ membuat suatu ikrar yang intinya mengatur hak,
wewenang dan kewajiban orang yang memerintah dan diperintah. Ketentuan tersebut
berlaku hingga Tomanurung dan Karaeng Bayo menghilang, ketika anak tunggal
mereka Tumassalangga Baraya lahir. Anak tunggal inlah yang selanjutnya mewarisi
kerajaan Gowa.
Kerajaan
Gowa mencapai puncak keemasannya pada abad XVI yang lebih populer dengan
sebutan kerajaan kembar “Gowa-Tallo” atau disebut pula zusterstaten (kerajaan
bersaudara). Kerajaan Dwi-Tunggal ini terbentuk pada masa pemerintahan Raja
Gowa IX, Karaeng Tumaparissi Klonna (1510-1545), dan ini sangat sulit
dipisahkan karena kedua kerajaan telah menyatakan ikrar bersama, yang terkenal
dalam pribahasa “Rua Karaeng Na Se’re Ata” (“Dua Raja tetapai satu rakyat”).
Oleh karena itu, kesatuan dua kerajaan itu disebut Kerajaan Makassar.Masa
kejayaan Kerajaan Gowa tidak terlepas dari peran yang dimainkan oleh Karaeng
Patingalloang, Mangkubumi Kerajaan yang berkuasa 1639-1654. Nama lengkapnya
adalah I Mangadicinna Daeng Sitaba Sultan Mahmud, putra Raja Tallo VII,
Mallingkaang Daeng Nyonri Karaeng Matowaya. Sewaktu Raja Tallo I Mappaijo Daeng
Manyuru diangkat menjadi raja Tallo, usianya baru satu tahun. Karaeng
Pattingalloang diangkat untuk menjalankan kekuasaannya sampai I Mappoijo cukup
usia. Oleh karena itu dalam beberapa catatan disebutkan bahwa Karaeng Pattingalloang
adalah Raja Tallo IX.
Karaeng
Pattingalloang diangkat menjadi sebagai Mengkubumi Kerajaan Gowa-Tallo pada
tahun 1639-1654, mendampingi Sultan Malikussaid, yang memerintah pada tahun
1639-1653. Karaeng Pattingalloang, dilantik menjadi Tumabbicara Butta Kerajaan
pada hari Sabtu, tanggal 18 Juni 1639. Jabatan itu didapatkannya setelah ia
menggantikan ayahnya Karaeng Matowaya. Pada saat ini menjabat Mangkubumi,
Karajaan Makassar telah menjadi sebuah kerajaan terkenal dan banyak mengundang
perhatian negeri-negeri lainnya.
Karaeng
Pattingalloang adalah putra Gowa yang kepandaiannya atau kecakapannya melebihi
orang-orang Bugis Makassar pada umumnya. Dalam usia 18 tahun ia telah menguasai
banyak bahasa, di antaranya bahasa Latin, Yunani, Itali, Perancis, Belanda,
Arab, dan beberapa bahasa lainnya. Selain itu juga memperdalam ilmu falak.
Pemerintah Belanda melalui wakil-wakilnya di Batavia di tahun 1652
menghadiahkan sebuah bola dunia (globe) yang khusus dibuat di negeri Belanda,
yang diperkirakan harganya f 12.000. Beliau meninggal pada tanggal 17 September
1654 di Kampung Bontobiraeng. Sebelum meninggalnya ia telah mempersiapkan 500
buah kapal yang masing-masing dapat memuat 50 awak untuk menyerang Ambon.
Karaeng
Pattingolloang adalah juga seorang pengusaha internasional, beliau bersama
dengan Sultan Malikussaid berkongsi dengan pengusaha besar Pedero La Matta,
Konsultan dagang Spanyol di Bandar Somba Opu, serta dengan seorang pelaut ulung
Portugis yang bernama Fransisco Viera dengan Figheiro, untuk berdagang di dalam
negeri. Karaeng Pattingalloang berhasil mengembangkan/meningkatkan perekonomian
dan perdagangan Kerajaan Gowa. Di kota Raya Somba Opu, banyak diperdagangkan
kain sutra, keramik Cina, kain katun India, kayu Cendana Timor, rempah-rempah
Maluku, dan Intan Berlian Borneo.
Pada
pedagang-pedagang Eropa yang datang ke Makassar biasanya membawa buah tangan
yang diberikan kepada para pembesar dan bangsawan-bangsawan di Kerajaan Gowa.
Buah tangan itu kerap kali juga disesuaikan dengan pesan yang dititipkan ketika
mereka kembali ke tempat asalnya. Karaeng Pattingalloang ketika diminta buah
tangan apa yang diinginkannya, jawabnya adalah buku. Oleh karena itu tidak
mengherankan jika Karaeng Pattingalloang memiliki banyak koleksi buku dari
berbagai bahasa.Karaeng Pattingalloang adalah sosok cendikiawan yang dimiliki
oleh Kerajaan Makassar ketika itu. Karena itu pedulinya terhadap ilmu
pengetahuan, sehingga seorang penyair berkebangsaan Belanda yang bersama Joost
van den Vondel, sangat memuji kecendikiawannya dan membahasakannya dalam sebuah
syair sebagai berikut:
“Wiens
aldoor snuffelende breinEen gansche werelt valt te klein”Yang artinya sebagai
berikut:“Orang yang pikirannya selalu dan terus menerus mencari sehingga
seluruh dunia rasanya terlalu sempit baginya”.
Karaeng
Patingalloang tampil sebagai seorang cendekiawan dan negarawan di masa lalu.
Sebelum beliau meninggal dunia, beliau pernah berpesan untuk generasi yang
ditinggalkan antara lain sebagai berikut:
Ada lima penyebab runtuhnya suatu kerajaan besar, yaitu:
1.
Punna taenamo naero nipakainga’ Karaeng Mangguka,
2.
Punna taenamo tumanggngaseng ri lalang Pa’rasangnga,
3.
Punna taenamo gau lompo ri lalang Pa’rasanganga,
4.
Punna angngallengasemmi soso’ Pabbicaraya, dan
5.
Punna taenamo nakamaseyangi atanna Mangguka.
Yang
artinya sebagai berikut :
1.
Apabila raja yang memerintah tidak
mau lagi dinasehati atau diperingati,
2.
Apabila tidak ada lagi kaum cerdik
cendikia di dalam negeri
3.
Apabila sudah terlampau banyak
kasus-kasus di dalam negeri,
4.
Apabila sudah banyak hakim dan
pejabat kerajaan suka makan sogok, dan
5.
Apabila raja yang memerintah tidak
lagi menyayangi rakyatnya.
Beliau wafat ketika ikut dalam
barisan Sultan Hasanuddin melawan Belanda. Setelah wafatnya, ia kemudian
mendapat sebutan “Tumenanga ri Bonto Biraeng”.
Dari sudut pandang terminologi, belum ada kesempatan (konsensus) arti kata Gowa yang menjelaskan secara utuh asal-usul kata serapan Gowa. Arti yang ada hanyalah asumsi dan perkiraan antara lain: pertama, kata Gowa berasal dari “goari”, yang berarti kamar atau bilik/perhimpun; kedua, berasal dari kata “gua”, yang berarti liang yang berkait dengan tempat kemunculan awal Tomanurung ri Gowa (Raja Gowa I) di gua/perbukitan Taka Bassia, Tamalate (dalam bahasa Makassar artinya tidak layu) yang kemudian secara politik kata Gowa dipakai untuk mengintegrasikan kesembilan kasuwiang (Bate Salapang) yang bersifat federasi di bawah paccallaya, yang kemudian menjadi kekuasaan tunggal Tomanurung, sehingga leburlah Bate Salapang menjadi Kerajaan “Gowa” yang diperkirakan berdiri pada abad XIII (1320).
Dari sudut pandang terminologi, belum ada kesempatan (konsensus) arti kata Gowa yang menjelaskan secara utuh asal-usul kata serapan Gowa. Arti yang ada hanyalah asumsi dan perkiraan antara lain: pertama, kata Gowa berasal dari “goari”, yang berarti kamar atau bilik/perhimpun; kedua, berasal dari kata “gua”, yang berarti liang yang berkait dengan tempat kemunculan awal Tomanurung ri Gowa (Raja Gowa I) di gua/perbukitan Taka Bassia, Tamalate (dalam bahasa Makassar artinya tidak layu) yang kemudian secara politik kata Gowa dipakai untuk mengintegrasikan kesembilan kasuwiang (Bate Salapang) yang bersifat federasi di bawah paccallaya, yang kemudian menjadi kekuasaan tunggal Tomanurung, sehingga leburlah Bate Salapang menjadi Kerajaan “Gowa” yang diperkirakan berdiri pada abad XIII (1320).
Sampai masa kekuasaan Raja Gowa VIII I
Pakere’ Tau Tunnijallo ri Passukki, pemerintahan kerajaan dipusatkan di Taka
Bassia (Tamalate) sebagai istana Raja Gowa I. Kemudian istana raja ini
dipindahkan ke Somba Opu oleh Raja Gowa IX Daeng Mantare Karaeng Mengunungi
yang bergelar Tumapa’risi Kallonna karena dianggap lebih menguntungkan dan
strategis sebagai kerajaan yang maju di bidang ekonomi dan politik. Pada masa
inilah Kerajaan Gowa mulai memperluas kekuasaannya dan menaklukkan berbagai
daerah sekitarnya termasuk menjalin hubungan kerjasama dan perjanjian dengan
kerajaan-kerajaan lain. Hal ini berlangsung sampai Raja Gowa XII, I Manggorai
Daeng Mammeta Karaeng Bonto Langkasa (1565-1590). Ambisi itulah yang menjadikan
Kerajaan Gowa-Tallo menjadi kerajaan besar. Bandar yang dimilikinya menjadi
bandar persinggahan niaga dunia yang sangat maju karena telah memiliki berbagai
fasilitas sebagaimana layaknya negara-negara besar lain di abad XVI dan XVII.
Pada waktu itu pemerintah menjalankan sistem politik terbuka berdasarkan teori
Mare Leberum (laut bebas) yang memberi jamina usaha para pedagang asing. Akan
tetapi, ambisi itu pula yang menciptakan persaingan yang bersifat terselubung
(laten) ketika ingin memegang hegomoni dan zuserenitas di Sulewasi, terutama
persaingannya dengan Kerajaan Bone. Ketika persaingan itu memuncak, Belanda
memanfaatkan situasi tersebut dengan melancarkan politik devide et impera
(pecah belah dan kuasai) serta menerapkan sistem monopoli yang sangat
bertentangan dengan prinsip mare liberum hingga meletusnya perang Makassar
(1666-1669).
Di sisi lain, agama Islam salah satu
alasan perlawanan Bone ketika Gowa berusaha mengintroduksi agama Islam. Usaha
itu diprakarsai oleh Raja Gowa XV I Mangerangi Daeng Manrabbia Karaeng Lakiung
bergelar Sultan Alauddin Tumenanga ri Gaukanna (1593-1639) yang menjadi muslim
pada tanggal 9 Jumadil 1051 H atau 20 September 1605. Beliau berusaha
mewujudkan penyatuan Sulawesi tetapi tidak terealisir sampai masa pemerintahan
Sultan Hasanuddin (1653-1669) yang berakhir dengan Pernjanjian Bungaya pada
tanggal 18 November 1667 setelah Perang Makassar.
B.
AwalBerdirinyaKerajaan
Goa Tallo
Salapang
(Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat
kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene,
Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Melalui berbagai cara, baik damai maupun
paksaan, komunitas lainnya bergabung untuk membentuk Kerajaan Gowa. Cerita dari
pendahulu di Gowa dimulai oleh Tumanurung sebagai pendiri
Istana Gowa, tetapi tradisi Makassar lain menyebutkan empat orang
yang mendahului datangnya Tumanurung, dua orang pertama adalah Batara Guru dan
saudaranya. Di Sulawesi Selatan pada abad 16 terdapat beberapa kerajaan di
antaranya Gowa, Tallo, Bone, Sopeng, Wajo dan Sidenreng. Untuk mengetahui letak
kerajaan-kerajaan tersebut, silahkan diamati gambar peta tersebut.
Masing-masing
kerajaan tersebut membentuk persekutuan sesuai dengan pilihan masing-masing.
Salah satunya adalah kerajaan Gowa dan Tallo membentuk persekutuan pada tahun
1528, sehingga melahirkan suatu kerajaan yang lebih dikenal dengan sebutan
kerajaan Makasar. Nama Makasar sebenarnya adalah ibukota dari kerajaan Gowa dan
sekarang masih digunakan sebagai nama ibukota propinsi Sulawesi Selatan.
Secara
geografis daerah Sulawesi Selatan memiliki posisi yang sangat strategis, karena
berada di jalur pelayaran (perdagangan Nusantara). Bahkan daerah Makasar
menjadi pusat persinggahan para pedagang baik yang berasal dari Indonesia
bagian Timur maupun yang berasal dari Indonesia bagian Barat. Dengan posisi
strategis tersebut maka kerajaan Makasar berkembang menjadi kerajaan besar dan
berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.
C. MasaPerkembanganKerajaanGowaTallo
1. Kehidupan Ekonomi
Seperti yang
telah Anda ketahui bahwa kerajaan Makasar merupakan kerajaan Maritim dan
berkembang sebagai pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini
ditunjang oleh beberapa faktor seperti letak yang strategis, memiliki pelabuhan
yang baik serta didukung oleh jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511
yang menyebabkan banyak pedagang-pedagang yang pindah ke Indonesia Timur.
Sebagai pusat
perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan internasional dan banyak
disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti Portugis, Inggris, Denmark dan
sebagainya yang datang untuk berdagang di Makasar.Pelayaran dan perdagangan di
Makasar diatur berdasarkan hukum niaga yang disebut dengan ADE’ ALOPING LOPING
BICARANNA PABBALUE (ket : artinya apa), sehingga dengan adanya hukum niaga
tersebut, maka perdagangan di Makasar menjadi teratur dan mengalami
perkembangan yang pesat. Selain perdagangan, Makasar juga mengembangkan
kegiatan pertanian karena Makasar juga menguasai daerah-daerah yang subur di
bagian Timur Sulawesi Selatan.
2. Kehidupan Sosial Budaya
Sebagai negara
Maritim, maka sebagian besar masyarakat Makasar adalah nelayan dan pedagang.
Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupannya, bahkan tidak jarang
dari mereka yang merantau untuk menambah kemakmuran hidupnya.
Sejak Gowa
Tallo sebagai pusat perdagangan laut, kerajaan ini menjalin hubungan dengan
Ternate yang sudah menerima Islam dari Gresik. Raja Ternate yakni Baabullah
mengajak raja Gowa Tallo untuk masuk Islam, tapi gagal. Baru pada masa Raja
Datu Ri Bandang datang ke Kerajaan Gowa Tallo agama Islam mulai masuk ke
kerajaan ini. Setahun kemudian hampir seluruh penduduk Gowa Tallo memeluk
Islam. Mubaligh yang berjasa menyebarkan Islam adalah Abdul Qodir Khotib
Tunggal yang berasal dari Minangkabau.
Raja Gowa Tallo
sangat besar perannya dalam menyebarkan Islam, sehingga bukan rakyat saja yang
memeluk Islam tapi kerajaan-kerajaan disekitarnya juga menerima Islam, seperti
Luwu, Wajo, Soppeg, dan Bone. Wajo menerima Islam tahun 1610 M. Raja Bone
pertama yang menerima Islam bergelar Sultan Adam. Walaupun masyarakat Makasar
memiliki kebebasan untuk berusaha dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi
dalam kehidupannya mereka sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap
sakral. Norma kehidupan masyarakat Makasar diatur berdasarkan adat dan agama
Islam yang disebut PANGADAKKANG. Dan masyarakat Makasar sangat percaya terhadap
norma-norma tersebut.
Di samping
norma tersebut, masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan sosial yang terdiri
dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya disebut
dengan “Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to Maradeka”
dan masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya disebut dengan golongan
“Ata”.
Dari segi
kebudayaan, maka masyarakat Makasar banyak menghasilkan benda-benda budaya yang
berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis
kapal yang dibuat oleh orang Makasar dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo.
Kapal Pinisi dan Lombo merupakan kebanggaan rakyat Makasar dan terkenal sampai
mancanegara.
3. Kehidupan Politik Dan Masa
Kemunduran kerajaan Gowa –Tallo
Penyebaran
Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk Robandang dari Sumatera,
sehingga pada abad 17 agama Islam berkembang pesat di Sulawesi Selatan, bahkan
raja Makasar pun memeluk agama Islam.
Raja Makasar
yang pertama memeluk agama
Islam adalah Karaeng Matoaya (Raja Gowa) yang bergelar Sultan
Alaudin yang memerintah Makasar tahun 1593 – 1639 dan dibantu oleh Daeng
Manrabia (Raja Tallo) sebagai Mangkubumi bergelar Sultan Abdullah. Sejak
pemerintahan Sultan Alaudin kerajaan Makasar berkembang sebagai kerajaan
maritim dan berkembang pesat pada masa pemerintahan raja Malekul Said (1639 –
1653).
Selanjutnya
kerajaan Makasar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan
Hasannudin (1653 – 1669). Pada masa pemerintahannya Makasar berhasil memperluas
wilayah kekuasaannya yaitu dengan menguasai daerah-daerah yang subur serta
daerah-daerah yang dapat menunjang keperluan perdagangan Makasar. Perluasan
daerah Makasar tersebut sampai ke Nusa Tenggara Barat.
Daerah
kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat
dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada
dominasi asing. Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang
dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Untuk itu hubungan antara
Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya
kerajaan Makasar. Dengan kondisi tersebut maka timbul pertentangan antara
Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya peperangan.
Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku.
Dalam
peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk
memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda
semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda
memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari Timur. Upaya Belanda untuk
mengakhiri peperangan dengan Makasar yaitu dengan melakukan politik adu-domba
antara Makasar dengan kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makasar). Raja Bone yaitu
Aru Palaka yang merasa dijajah oleh Makasar meminta bantuan kepada VOC untuk
melepaskan diri dari kekuasaan Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu
dengan VOC untuk menghancurkan Makasar.
Akibat
persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota kerajaan Makasar.
Dan secara terpaksa kerajaan Makasar harus mengakui kekalahannya dan
menandatangai perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan
kerajaan Makasar.
Perkembangan pesat Kerajaan Makassar
tidak terlepas dari raja-raja yang pernah memertntah sepertiRajaAlaudin Dalam abad ke-17 M, agama
Islam berkembang cukup pesat di Sulawesi Selatan. Raja Makassar yang pertama
memeluk agama Islam bernama Raja Alaudin yang memerintah Makassar dari tahun
1591-1638 M. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Makassar mulai terjun dalam
dunia pelayaran-perdagangan (dunia maritim). Perkembangan ini menyebabkan
meningkatnya kesejahteraan rakyat Kerajaan Makassar. Namun setelah wafatnya
Raja Alauddin, keadaan pemerintahan kerajaan tidak dapat diketahui dengan
pasti.
Sultan Hasanuddin Pada masa
peme-rintahan Sultan Hasanuddin, Kerajaan Makassar mencapai masa kejayaannya.
Dalam waktu yang cukup singkat, Kera¬jaan Makassar telah berhasil menguasai
hampir seluruh wilayah Sulawesi Selatan. Cita-cita Sultan Hasanuddin untuk
menguasai sepenuhnya jalur perdagang-an Nusantara, mendorong perluasan
ke-kuasannya ke kepulauan Nusa Tenggara, seperti Sumbawa dan sebagian Flores.
Dengan demikian, seluruh aktivitas pelayaran perdagangan yang melalui Laut
Flores harus singgah lebih dulu di ibukota Kerajaan Makassar.
Keadaan seperti itu ditentang oleh Belanda yang memiliki daerah kekuasaan di Maluku dengan pusatnya Ambon. Hubungan Batavia dengan Ambon terhalang oleh kekuasaan Kerajaan Makassar. Pertentangan antara Makassar dan Belanda sering menimbulkan peperangan. Keberanian Sultan Hasanuddin memimpin pasukan Kerajaan Makassar untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku, mengakibatkan Belanda semakin terdesak. Atas keberaniannya, Belanda memberi julukan kepada Sultan Hasanuddin dengan sebutan "Ayam Jantan dari Timur".
Dalam upaya menguasai Kerajaan Makassar, Belanda menjalin hubungan dengan Kerajaan Bone, dengan rajanya Arung Palaka. Dengan bantuan Arung Palaka, pasukan Belanda berhasil mendesak Kerajaan Makassar dan menguasai ibukota kerajaan. Akhimya dilanjutkan dengan Perjanjian Bongaya (1667 M).
Mapasomba Setelah Sultan Hasanuddin turun tahta, ia digantikan oleh putranya yang bernama Mapasomba. Sultan Hasanuddin sangat berharap agar Mapasomba dapat bekerja sama dengan Belanda. Tujuannya agar Kerajaan Makassar tetap dapat bertahan. Ternyata Mapasomba jauh lebih keras dari ayahnya sehingga Belanda mengerahkan pasukan secara besar-besaran untuk menghadapi Mapasomba. Pasukan Mapasomba berhasil di-hancurkan dan ia tidak diketahui nasibnya. Dengan kemenangan itu, akhirnya Belanda berkuasa atas Kerajaan Makassar.
Keadaan seperti itu ditentang oleh Belanda yang memiliki daerah kekuasaan di Maluku dengan pusatnya Ambon. Hubungan Batavia dengan Ambon terhalang oleh kekuasaan Kerajaan Makassar. Pertentangan antara Makassar dan Belanda sering menimbulkan peperangan. Keberanian Sultan Hasanuddin memimpin pasukan Kerajaan Makassar untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku, mengakibatkan Belanda semakin terdesak. Atas keberaniannya, Belanda memberi julukan kepada Sultan Hasanuddin dengan sebutan "Ayam Jantan dari Timur".
Dalam upaya menguasai Kerajaan Makassar, Belanda menjalin hubungan dengan Kerajaan Bone, dengan rajanya Arung Palaka. Dengan bantuan Arung Palaka, pasukan Belanda berhasil mendesak Kerajaan Makassar dan menguasai ibukota kerajaan. Akhimya dilanjutkan dengan Perjanjian Bongaya (1667 M).
Mapasomba Setelah Sultan Hasanuddin turun tahta, ia digantikan oleh putranya yang bernama Mapasomba. Sultan Hasanuddin sangat berharap agar Mapasomba dapat bekerja sama dengan Belanda. Tujuannya agar Kerajaan Makassar tetap dapat bertahan. Ternyata Mapasomba jauh lebih keras dari ayahnya sehingga Belanda mengerahkan pasukan secara besar-besaran untuk menghadapi Mapasomba. Pasukan Mapasomba berhasil di-hancurkan dan ia tidak diketahui nasibnya. Dengan kemenangan itu, akhirnya Belanda berkuasa atas Kerajaan Makassar.
Isi dari perjanjian Bongaya antara
lain:
a. VOC memperoleh
hak monopoli perdagangan di Makasar.
b. Belanda dapat
mendirikan benteng di Makasar.
c. Makasar harus
melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan pulau-pulau
di
luar Makassar.
d. Aru Palaka
diakui sebagai raja Bone.
Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makasar
terhadap Belanda tetap berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan Hasannudin
yaitu Mapasomba (putra Hasannudin) meneruskan perlawanan melawan Belanda. Untuk
menghadapi perlawanan rakyat Makasar, Belanda mengerahkan pasukannya secara
besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat menguasai sepenuhnya kerajaan Makasar,
dan Makasar mengalami kehancurannya.
D.
Letak Kerajaan Goa Tallo
Kerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal
dengan sebutan Kerajaan Makassar. Kerajaan ini terletak di daerah Sulawesi
Selatan. Secara geografis Sulawesi Selatan memiliki posisi yang penting, karena
dekat dengan jalur pelayaran perdagangan Nusantara. Bahkan daerah Makassar
menjadi pusat persinggahan para pedagang, baik yang berasal dari Indonesia
bagian timur maupun para pedagang yang berasal dari daerah Indonesia bagian
barat. Dengan letak seperti ini mengakibatkan Kerajaan Makassar berkembang
menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.
Kerajaan Ternate
danTidore
A. Letak
Kerajaan
Secara
geografis Kerajaan Ternate dan Tidore memiliki letak yang sangat penting dalam
dunia perdagangan pada masa itu. Kedua kerajaan ini terletak di daerah
Kepulauan Maluku.
Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar, sehingga dijuluki sebagai "the Spice Island". Rempah-rempah menjadi komoditi utama dalam dunia pelayaran perdagangan saat itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang ke daerah Timur bertujuan untuk menemukan sumber rempah-rempah. Oleh karena itu/ muncullah hasrat untuk menguasai rempah-rempah tersebut.Keadaan seperti ini, telah mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar, sehingga dijuluki sebagai "the Spice Island". Rempah-rempah menjadi komoditi utama dalam dunia pelayaran perdagangan saat itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang ke daerah Timur bertujuan untuk menemukan sumber rempah-rempah. Oleh karena itu/ muncullah hasrat untuk menguasai rempah-rempah tersebut.Keadaan seperti ini, telah mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
B. Kehidupan Politik
Di
Kepulauan Maluku banyak terdapat kerajaan kecil, di antaranya Kerajaan Ternate
sebagai pemimpin Uli Lima, yaitu persekutuan lima bersaudara dengan wilayahnya
mencakup pulau-pulau Ternate, Obi, Bacan, Seram, dan Ambon. Sementera itu,
Kerajaan Tidore memimpin Uli Siwa, yang berarti persekutuan sembilan bersaudara
dengan wilayahnya mencakup pulau-pulau Makayan, Jahilolo atau Halmahera, dan
pulau-pulau di antara daerah itu sampai dengan Irian Barat.
Ketika
bangsa Portugis masuk ke Maluku, Portugis langsung memihak dan membantu Ternate
pada tahun 1521. Hal ini dikarenakan Portugis mengira Ternate lebih kuat.
Begitu pula bangsa Spanyol yang ketika datang di Maluku langsung membantu
Tidore. Terjadilah perselisihan antara kedua bangsa kulit putih tersebut di
daerah Maluku. Untuk menyelesaian perselisihan kedua bangsa itu, Paus turun
tangan dan menen-tukan garis batas wilayah timur melalui Perjanjian Saragosa.
Dalam Perjanjian Saragosa dinyatakan bahwa bangsa Spanyol harus meninggalkan
Maluku dan pindah ke Filipina, sedangkan Portugis tetap menguasai daerah-daerah
di Maluku. Sultan Hairun Untuk dapat memperkuat kedudukannya di Maluku,
Portugis mendirikan benteng yang diberi nama Benteng Santo Paulo. Namun semakin
lama tindakan Portugis semakin dibenci oleh rakyat dan bahkan oleh para pejabat
Kerajaan Temate. Sultan Hairun, penguasa Ternate, semakin bertambah bend (anti)
melihat tindakan-tindakan dan gerak-gerik bangsa Portugis. Oleh karena itu.
Sultan Hairun secara terang-terangan menentang politik monopoli dari bangsa
Portugis.
Sultan
Baabullah Dengan kematian Sultan Hairun, rakyat Maluku di bawah pimpinan Sultan
Baabullah (putra Sultan Hairun), bangkit menentang Portugis. Tahun 1575 M,
Portugis dapat dikalahkan dan diberi kesempatan untuk meninggalkan benteng.
Pada tahun 1578 M, bangsa Portugis juga ingin mendirikan benteng di Ambon, tetapi tidak lama kemudian bangsa Portugis pindah ke daerah Timor Timur dan berkuasa di sana sampai tahun 1976. Sesudah tahun 1976 wilayah Timor Timur berintegrasi ke dalam wilayah Republik Indonesia hingga tahun 1999. Akan tetapi, setelah melalui jejak pendapat 1999, rakyat Timor-Timur memilih merdeka.
Pada tahun 1578 M, bangsa Portugis juga ingin mendirikan benteng di Ambon, tetapi tidak lama kemudian bangsa Portugis pindah ke daerah Timor Timur dan berkuasa di sana sampai tahun 1976. Sesudah tahun 1976 wilayah Timor Timur berintegrasi ke dalam wilayah Republik Indonesia hingga tahun 1999. Akan tetapi, setelah melalui jejak pendapat 1999, rakyat Timor-Timur memilih merdeka.
C.
Kehidupan Ekonomi
Tanah di Kepulauan maluku itu subur dan diliputi hutan
rimba yang banyak memberikan hasil diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda
banyak menghasilkan pala. Pada abad ke 12 M permintaan rempah-rempah meningkat,
sehingga cengkeh merupakan komoditi yang penting. Pesatnya perkembangan
perdagangan keluar dari maluku mengakibatkan terbentuknya persekutuan. Selain
itu mata pencaharian perikanan turut mendukung perekonomian masyarakat.
Bekas Istana
Sementara Sultan Ternate.
Pada
abad ke-14 M di kawasan Maluku Utara telah berdiri empat kerajaan terkenal,
yaitu Jailolo, Ternate, Tidore, dan Bacan. Masing-masing kerajaan dikepalai
oleh seorang kolano. Menurut cerita rakyat Maluku, keempat kerajaan tersebut
berasal dari satu keturunan, yaitu Jafar Sadik. Dalam perkembangan selanjutnya,
Kerajaan Ternate peranannya lebih menonjol karena penduduknya bertambah banyak
dan berhasil mengembangkan perdagangan rempah-rempah. Rempah-rempah adalah
tanaman yang memiliki zat yang dapat digunakan untuk member bau atau rasa
khusus kepada makanan (menjadi bumbu masak) dan dimanfaatkan untuk pengobatan
serta dapat juga menghangatkan tubuh. Contoh rempah-rempah, yaitu cengkih dan
lada. Pada saat itu, rempah-rempah umumnya diperlukan bangsa-bangsa Eropa
sehingga harganya cukup tinggi dan telah membuat makmur rakyat di Maluku.
Kemajuan
Kesultanan Ternate ternyata membuat cemburu kerajaan-kerajaan lain di Maluku.
Beberapa kali Ternate dan Tidore, Bacan, dan Jailolo terlibat dalam peperangan memperebutkan
hegemoni rempah-rempah. Akan tetapi, mereka mampu mengakhirinya di dalam
perundingan di Pulau Motir. Dalam Persetujuan Motir ditetapkan Ternate menjadi
kerajaan pertama, Jailolo kedua, Tidore ketiga, dan Bacan yang keempat.
Pada
pertengahan abad ke-15 M kegiatan perdagangan rempah-rempah di Maluku semakin
bertambah ramai. Banyak sekali pedagang Jawa, Melayu, Arab, Cina dan India yang
dating ke Maluku untuk membeli rempah-rempah. Sebaliknya, mereka membawa beras,
tenunan, gading, perak, manic-manik, dan piring mangkuk berwarna biru buatan
Cina. Bangsa-bangsa di Maluku amat membutuhkan barang tersebut, terutama beras
karena areal Maluku lebih banyak digunakan untuk penanaman rempah-rempah
daripada penanaman beras. Kerajaan-kerajaan di Maluku sangat akrab dalam
menjalin hubungan ekonomi dengan para pedagang dari Jawa semenjak zaman
Kerajaan Majapahit. Bandar-bandar seperti Surabaya, Gresik, dan Tuban sering
sekali dikunjungi para pedagang Maluku. Sebaliknya, pedagang-pedagang dari Jawa
datang ke Maluku untuk membeli rempah-rempah. Hubungan kedua belah pihak ini
sangat berpengaruh terhadap proses penyebaran agama Islam ke Maluku.
Di dalam
kitab Sejarah Ternate diterangkan bahwa Raja Ternate yang pertama kali menganut
agama Islam adalah Zainal Abidin (1465-1486 M). Sultan Zainal Abidin semasa
belum masuk Islam bernama Gapi Buta dan setelah meninggal beliau disebut Sultan
Marhum. Raja Tidore yang pertama kali masuk Islam adalah Cirililiyah yang
kemudian berganti nama menjadi Sultan Jamaluddin.
Ketika
Ternate di bawah kekuasaan Sultan Ben Acorala dan Tidore di bawah Sultan
Almancor, keduanya berhasil mengangkat kerajaan menjadi negeri yang sangat
makmur dan sangat kuat. Kedua bangsa ini memiliki ratusan perahu
kora-kora yang digunakan untuk berperang ataupun mengawasi lautan yang menjadi
wilayah dagangnya. Di ibukota Ternate, yaitu Sampalu banyak didirikan
rumah-rumah di atas tiang yang tinggi-tinggi dan keratin yang dikelilingi
pagar-pagar. Begitu juga kota di Tidore yang dikelilingi pagar tembok, parit,
benteng, dan lubang perangkap sehingga sukar untuk ditembus musuh. Ternyata,
kemajuan kedua kesultanan tersebut menjurus kepada perebutan pengaruh dan
kekuasaan terhadap daerah di sekitarnya. Oleh karena itu, dalam abad ke-17 M
muncullah dua buah persekutuan yang terkenal dengan sebutan Uli Lima danUli
Siwa. Persekutuan Uli Lima dipimpin oleh Ternate dengan anggota Ambon, Bacan,
Obi, dan Seram. Persekutuan Uli Siwa dipimpin oleh Tidore dengan anggota yang
mencakup Makean, Halmahera, Kai, dan pulau-pulau lain hingga ke Papua bagian
barat.
Kesultanan
Ternate mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin oleh Sultan Baabullah,
sedangkan Kesultanan Tidore di bawah pimpinan Sultan Nuku. Persaingan di antara
kedua kesultanan tersebut dimanfaatkan oleh bangsa-bangsa asing dari Eropa
terutama Spanyol dan Portugis dengan cara mengadudombakannya. Tujuannya tidak
lain adalah ingin memonopoli daerah rempah-rempah tersebut.
D. KehidupanSosial
Kedatangan bangsa portugis di kepulauan Maluku
bertujuan untuk menjalin perdagangan dan mendapatkan rempah-rempah. Bangsa
Portugis juga ingin mengembangkan agama katholik. Dalam 1534 M, agama Katholik
telah mempunyai pijakan yang kuat di Halmahera, Ternate, dan Ambon, berkat
kegiatan Fransiskus Xaverius.Seperti sudah diketahui, bahwa sebagian dari
daerah maluku terutama Ternate sebagai pusatnya, sudah masuk agama islam. Oleh
karena itu, tidak jarang perbedaan agama ini dimanfaatkan oleh orang-orang
Portugis untuk memancing pertentangan antara para pemeluk agama itu. Dan bila
pertentangan sudah terjadi maka pertentangan akan diperuncing lagi dengan
campur tangannya orang-orang Portugis dalam bidang pemerintahan, sehingga
seakan-akan merekalah yang berkuasa.
Setelah masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua
orang yang sudah memeluk agama Katholik harus berganti agama menjadi Protestan.
Hal ini menimbulkan masalah-masalah sosial yang sangat besar dalam kehidupan
rakyat dan semakin tertekannya kehidupan rakyat.
Keadaan ini menimbulkan amarah yang luar biasa dari
rakyat Maluku kepada kompeni Belanda. Di Bawah pimpinan Sultan Ternate, perang
umum berkobar, namun perlawanan tersebut dapat dipadamkan oleh kompeni Belanda.
Kehidupan rakyat Maluku pada zaman kompeni Belanda sangat memprihatinkan
sehingga muncul gerakan menentang Kompeni Belanda.
E.
KehidupanBudaya
Rakyat Maluku, yang didominasi oleh aktivitas
perekonomian tampaknya tidak begitu banyak mempunyai kesempatan untuk
menghasilkan karya-karya dalam bentuk kebudayaan. Jenis-jenis kebudayaan rakyat
Maluku tidak begitu banyak kita ketahui sejak dari zaman berkembangnya
kerajaan-kerajaan Islam seperti Ternate dan Tidore.
1. Kerajaan Ternate
Awal Perkembangan
Kerajaan Ternate
Pada abad ke-13 di Maluku sudah berdiri Kerajaan
Ternate. Ibu kota Kerajaan Ternate terletak di Sampalu (Pulau Ternate).
Selain Kerajaan Ternate, di Maluku juga telah berdiri kerajaan lain, seperti Jaelolo,
Tidore, Bacan, dan Obi. Di antara kerajaan di Maluku,
Kerajaan Ternate yang paling maju. Kerajaan Ternate banyak dikunjungi oleh
pedagang, baik dari Nusantara maupun pedagang asing.
Kemunduran Kerajaan
Ternate
Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu
domba dengan Kerajaan Tidore yang dilakukan oleh bangsa asing ( Portugis dan
Spanyol ) yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah
tersebut. Setelah Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa mereka telah
diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil
mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan
tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai
perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan
strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk
organisasi yang kuat.
2.
KerajaanTidore
Awal Perkembangan
Kerajaan Tidore
Kerajaan tidore
terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja Ternate dan
Tidore, Raja Ternate pertama adalah Muhammad Naqal yang naik tahta pada
tahun 1081 M. Baru pada tahun 1471 M, agama Islam masuk di kerajaan Tidore yang
dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang kesembilan. Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia
masuk Islam berkat dakwah Syekh Mansur dari Arab.
Raja Tidore mencapai
puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Sultan
Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan Belanda
yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate.
Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa.
Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada. Sejak saat itu, Tidore
dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris
sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup
luas, meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua.
Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat
menentang Belanda yang berniat menjajah kembali.
Kemunduran Kerajaan
Tidore
Kemunduran Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu
domba dengan Kerajaan Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan
Portugis ) yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah
tersebut. Setelah Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah
diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil
mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan
tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai
perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan
strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk
organisasi yang kuat.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
ü Kerajaan Goa Tallo
Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan
besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari
kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan
pesisir barat Sulawesi. Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan
komunitas, yang dikenal dengan nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang
kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data,
Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Sejak Gowa Tallo sebagai pusat
perdagangan laut, kerajaan ini menjalin hubungan dengan Ternate yang sudah
menerima Islam dari Gresik. Raja Ternate yakni Baabullah mengajak raja Gowa
Tallo untuk masuk Islam, tapi gagal. Baru pada masa Raja Datu Ri Bandang datang
ke Kerajaan
Gowa Tallo agama Islam mulai masuk ke kerajaan ini.
Setahun kemudian hampir seluruh penduduk Gowa Tallo memeluk Islam.
Mubaligh yang berjasa menyebarkan Islam adalah Abdul
Qodir Khotib Tunggal yang berasal dari Minangkabau. Makasar mencapai
puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669).
Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur
dapat dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti
kepada dominasi asing. Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin
sendiri pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku.
Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin
tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari
ü Kerajaan Ternate danTidore
Kerajaan
Ternate dan Tidore memiliki letak yang sangat penting dalam dunia perdagangan
pada masa itu. Kedua kerajaan ini terletak di daerah Kepulauan Maluku.
Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar, sehingga dijuluki sebagai "the Spice Island".
Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar, sehingga dijuluki sebagai "the Spice Island".
B. Saran
Kita perlumempelajarisejarahkerajaan – kerajaanislam. Dan kitaperlu
mengembangkanwawasankitatentangsejarah. Karenaitutermasukhalpenting
DAFTAR PUSTAKA
Izin copas :) thx :D
BalasHapusizin copass yaa..
BalasHapusizin copas
BalasHapusArul ganteng kan
BalasHapusArul adha khairul nizam ganteng
BalasHapus