Minggu, 24 November 2013

majas



LAMPIRAN MATERI
UNGKAPAN, PERIBAHASA, MAJAS
A.  Ungkapan
Ungkapan merupakan kata atau kelompok kata yang dipakai untuk mengungkapkan sesuatu dengan arti kiasan. Pada umumnya ungkapan digunakan pada situasi khusus,  sehingga pemahaman maknanya memerlukan konsentrasi tersendiri. Namun, makna ungkapan relatif bersifat tetap.
Contoh :
1)   Wanita itu duduk perut (‘hamil, mengandung’)
2)   Dia termasuk anak yang panjang akal (‘suka berpikir baik’)
3)   Tiap tanggal muda kami selalu pergi ke pantai (‘menerima gaji bulanan’)

B.  Peribahasa
Peribahasa merupakan cara menggunakan bahasa bukan dengan cara sebenarnya, tetapi dengan arti kiasan. Pada umumnya peribahasa dirumuskan secara singkat, padat dan pemahaman maknanya membutuhkan perenungan yang dalam. Mengingat hal tersebut untuk merumuskan peribahasa bukanlah kegiatan yang mudah, sehingga peribahasa yang kita kenal sebenarnya adalah peribahasa lama yang sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat.
Contoh:
1)   Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga (‘sikap dan tindak tanduk orang tua akan menurun pada anaknya’)
2)   Tak ada gading yang tak retak (‘semua kesalahan pasti ada salah atau celanya’)
3)   Bagai bumi dengan langit (‘dua hal yang sangat jauh berbeda’)
4)   Buah manis dalamnya berulat (‘kata-kata yang sopan ternyata mengandung maksud yang buruk’)
5)   Habis manis sepah dibuang (‘setelah memperoleh yang dikehendaki, akhirnya ditinggalkan begitu saja’)

C.  Majas
Majas atau gaya bahasa adalah cara pengarang atau seseorang dalam menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan perasaan atau buah pikiran yang terpendam di dalam jiwanya.
Pada dasarnya majas dibagi menjadi empat kelompok, yaitu :
1)   Majas Perbandingan
a.    Personifikasi :
Majas yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat-sifat manusia pada benda-benda mati, sehingga seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia atau benda hidup.
Contoh:
Baru berjalan tiga kilometer mobilnya sudah terbatuik batuk.
b.   Metafora :
Majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan jalan membandingkan secara langsung dan tepat atas dasar sifat yang sama atau hampir sama.
Contoh :
Raja siang telah pergi ke peraduannya (‘matahari’)
Dewi malam keluar dari balik awan (‘rembulan’)
c.    Eufemisme ( ungkapan pelembut/memperhalus ucapan ):
Majas perbandingan yang melukiskan suatu benda dengan kata-kata yang lebih lembut/halus untuk menggantikan kata-kata lain yang pandanganya kurang sopan atau tabu bahasa ( pantang )
Contoh :
Para tuna karya memerlukan perhatian yang serius dari pemerintah (‘pengangguran’)
Pramuwisma bukan merupakan pekerjaan yang hina (‘pembantu rumah tangga’)
d.   Synecdoche ( gaya/majas ini dibagi menjadi dua macam ):
1)      Pars prototo
Gaya ini melukiskan sebagian untuk semua. Maksudnya menyebutkan sebagian tetapi untuk menyatakan semua benda yang dimaksudkan.
Contoh :
Dia membeli dua ekor kambing (‘bukan ekornya saja, tetapi kambing’)
2)      Totem proparte
Gaya ini melukiskan semua untuk sebagian. Maksudnya menyebutkan keseluruhan tetapi untuk menyatakan sebagian benda yang dimaksudkan.
Contoh:
-          Kaum wanita memperingati hari Kartini (‘sebagian dari kaum wanita’)
-          Sekolah kami menjadi juara bulu tangkis tingkat kecamatan (‘salah satu murid dari sekolah kami’)
e.    Alegori :
Majas ini memperlihatkan suatu perbandingan yang utuh atau saling bertautan dan membentuk kesatuan yang utuh.
Contoh:
-          Hidup kita diperbandingkan dengan biduk (perahu) yang terkantung – kantung dilaut. Bahtera (rumah tangga).
-          Topan dan gelombang badai disamakan dengan kesulitan yang dialami manusia.
-          Suami disamakan dengan nahkoda.
-          Isteri disamakan dengan jurumudi.
-          Tanah tepi disamakan dengan kebahagiaan yang hendak dicapai.
-          Dalam pesta – pesta perkawinan kita sering mendengar petuah sebagai berikut “Hati – hatilah kamu mendayung bahtera hidupmu, mengarungi lautan yang penuh bahaya, batu karang, gelombang, topan dan badai. Apabila juru mudi senantiasa setia sekata dalam melayarkan bahteranya, niscaya akan mencapai tanah tepi yang menjadi idaman”
f.     Hiperbola:
Majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan mengganti peristiwa atau tindakan sesungguhnya dengan kata – kata yang lebih hebat pengertiannya untuk menguatkan arti.
Contoh:
-          Kakak membanting tulang demi menghidupi keluarga (kerja keras)
-          Suara anak itu menggeledek (keras)
g.    Simbolik:
Majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan memperbandingkan benda – benda lain sebagai symbol atau perlambangan.
Contoh:
-          Ia dari dulu tetap saja menjadi lintah darat (pemeras, pemakan riba)
-          Agar menjadi pejabar ia rela disebut bunglon (tidak punya pendirian tetap)
h.   Litotes (hiperbola negatif):
Majas perbandingan yang melukiskan sesuatu keadaan dengan kata – kata yang berlawanan artinya dengan kata – kata sebenarnya guna untuk merendahkan diri.
Contoh:
-          Perjuangan kami hanyalah setitik dari air dalam samudra yang luas.
-          Kalau sempat mampirlah ke gubuk saya.
i.      Alusio:
Majas perbandingan dengan mempergunakan unkapan paribahasa, kata – kata yang artinya diketahui umum.
Contoh:
-          Anak itu tong kosong nyaring bunyinya.
-          Rupanya Aham makan tangan hari ini sehingga membuat iri temannya.
-          Mengapa sudah garahu cendana pula.
-          Jangan seperti kura – kura dalam perahu.
j.   Asosiasi
Majas perbandingan yang memperbandingkan sesuatu dengan keadaan lain, karena adanya persamaan sifat.
Contoh :
-       Wajahnya muram bagaikan bulan kesiangan.
-       Semangatnya keras bagai baja.
-       Suaranya merdu bagai buluh perindu.
k. Parifrasis
Majas perbandingan yang menguraikan sesuatu dengan menguraikan sepatah kata  menjadi serangkaian kata yang mengandung arti yang sama dengan kata yang digantikan itu.
Contoh :
-     Pagi - pagai berangkatlah kami. Diubah menjadi “Ketika Sang Surya keluar dari peraduannya, berangkatlah kami.”
-     Ia selalu pulang petang. Diubah menjadi “Ia selalu pulang, ketika matahari hilang di balik gunung.”
l.  Metonimia
Majas perbandingan yang mengunakan merek dagang atau nama barang untuk melukiskan yang dipergunakan atau dikerjakan, sehingga kata itu berasosiasi dengan benda keseluruhan.
Contoh :
-     Anton disuruh bapak membeli Surya (‘rokok Surya’).
-     Kemarin ia membeli Panther (‘mobil Panther’).
m. Antonomasia
Majas perbandingan dengan menyebutkan nama lain terhadap seseorang berdasarkan ciri atau sifat menonjol yang dimilikinya.
Contoh :
-     Si Jangkung, si Kerdil, si Mulut Tebal, si Gendut, Yang Maha Paengasih, dan sebagainya.
n. Tropen
Majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan membandingkan suatu pekerjaan atau perbuatan dengan kata - kata lain yang mengandung pengertian sejalan atau sejajar dengan pengertian yang diinginkan.
Contoh :
-     Menteri Agama terbang ke Singapura (‘kapal terbang atau perjalanan…’).
-     Dia berkubur diri d dalam kamar sepanjang hari (‘di dalam kamar’).
-     Ia hanya hidup dengan menjual suara (‘menyanyi’).
o. Parabel
Majas perbandingan dengan menggunakan perumpamaan dalam hidup. Majas ini terkandung dalam seluruh isi karangan, sehingga dapat menemukan falsafah hidup atau pandangan hidup yang berguna bagi kehidupan. Misalnya dengan membaca Hikayat Kalilah dan Dimnah, Mahabarata, Bayan Budiman, Bhagawat Gita, dan sebagainya.
p.  Simile
Majas pertautan yang membandingkan 2 hal yang secara hakiki berbeda, tetapi dianggap mengandung segi – segi serupa dan dinyatakan secara eksplisit dengan kata - kata seperti, bagai, laksana.
Contoh :
-     Rumahnya bagus seperti istana raja.
-     Istrinya sangat cantik laksana bidadari dari langit.
2)  Majas Sindiran
Majas sindiran terdiri dari 3 bagian yaitu :
a.    Ironi
Majas sindiran yang melukiskan sesuatu dengan jalan menyatakan sebaliknya dari apa yang sebenarnya dengan maksud menyindir seseorang.
Contoh :
-   Harum benar bau parfum dim kelas ini ! ( ‘tidak enak , menyengat ‘)
-   Cepat benar kau datang hari ini ( ‘terlambat’ )
-   Bagus benar suaramu ( ‘sebenarnya jelek ‘)
b.   Sinisme :
Gaya sindiran dengan kata-kata sebaliknya, seperti di majas ironi tetapi kasar.
Contoh :
-   Mudah-mudahan dengan bermalas-malasan begitu kamu dapat lulus dengan nilai yang bagus .
-   Harum benar bau badanmu ! ( ‘tidak enak , menyengat )
c.    Sarkasme :
Majas seindiran terkasar ( tajam ) dan langsung menusuk perasaan
Contoh :
-   Kamu memang berotak udang ( ‘bodoh’)
-   Cih, mukamu seperti monyet , muak aku melihatmu ! ( ‘jelek’)
-   Jangan bawa kerbau ke dalam kelas ini aku jijik melihatnya 1 ( ‘kotor’)
3)   Majas penegasan
Majas yang tergolong ke dalam jenis majas penegasan adalah :
a.    Pleonasme :
Majas penegasan yang menggunakan sepatah kata yang sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi , karena arti tersebut sudah terkandung dalam kata yang diterangkan.
Contoh :
-   Salju putih sudah mulai turun  ke bawah.
-   Dia naik  ke atas genting.
b.   Repetisi :
Majas penegasan yanmg melukiskan sesuatu dengan jalan mengulang kata atau beberapa kay berkali-kali . Gaya ini sering digunakan dalamk pidato .
Contoh :
-   Kita junjung dia sebagaiu pemimpin, kita junjung dia sebagaipelindung, kita junjung dai sebagai pembebas kita .
-   Apapun penghalang, apapun resiko , dan apapun akibatnya aku tidak akan mundur dalam memyelesaikan masalah ini.
-   Kita terlalu lama menghamba, kita terlalu lama diperbodoh, kita terlal;u lama menderita, oleh karena itu mari kita perjuangkan kemerdekaan ini.
c.    Paralelisme :
Majas penegasan seperti dalam pidato , tetapi dipakai dama puisi . Bentuk vperulangan kata yang digunakan dimaksudkan untuk mendapatkan efek yang besar. Berdasarkan letaknya paralelisme dibagi menjadi dua macam :
a.    Anafora
Kata atau frase yang diulang terletak di awal kalimat atau baris .
Contoh :
      Kalauah diam malam yang kelam .
      Kalulah tenang sawah yang lapang .
      Kalaulah lelap orang dalam tidurnya .
      .......................................................................
b.   Epifora
Kata atau frase yang diulang terletak di akhir kalimat atau barsi .
Contoh :
      Kalau mau, aku akan datang
      Jika kau hendaki , aku akan datang .
      Bila kau minta , aku akan datang .
      ...................................................................................
d. Tautologi
Majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan menggunakan kata – kata yang sama artinya (bersinonim) untuk mempertegas arti.
Contoh :
-   Saya khawatir dan was - was terhadap keselamatannya
-   Cintanya sudah berurat berakar pula.
-   Siapa yang tidak tertarik kepada orang yang baim hati dan berbudi seperti dia.
e.  Simetri
Majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan menggunakan satu kata, kelompok kata atau kalimat yang diikuti oleh kata, kelompok kata atau kalimat yang seimbang artinya dengan kalimat yang pertama.
Contoh :
-   Kamu berjalan tergesa - gesa, seperti orang dikejar anjing gila.
-   Anton berbahak - bahak, seperti anjing yang menggonggong.
f.  Enumerasio
Majas penegasan yang melukiskan beberapa peristiwa membentuk satu kesatuan yang dituliskan satu persatu, agar setiap peristiwa dalam keseluruhannya itu tampak jelas.
Contoh :
-   Angin berhembus, lalu tenang, bulan memancar lagi.
-   Laut tenang. Di atas permadani biru itu tampak satu perahu nelayan melancar perlahan - lahan.
-   Angin berhembus sepoi - sepoi. Bulan bersinar dengan tenangnya. Di sana - sini bintang - bitang gemerlapan, Semuanya berpadu membentuk suatu lukisan yang harmonis. Itulah keindahan sejati.
g. Klimaks
Majas penegasan dengan menyatakan beberapa hal secara berturut – turut dengan menggunakan urutan kata – kata yang makin lama makin memuncak pengertiannya.
Contoh :
-   Meneyemai benih, tumbuh hingga menuai aku sendiri yang mengerjakannya.
-   Anak - anak, remaja, dewasa datang dalam pesta itu.
-   Ia menanti sehari, seminggu, sebulan, bahkan setahun, tetapi yang dinanti tidak kunjung datang.
-   Sejuta, dua juta, tiga juta pun, aku rela berkorban demi cintaku kepadanya.
h.  Antiklimaks
Majas penegasan dengan menyatakan beberapa hal secaa berturut - turut dengan menggunakan urutan kata – kata yang makin lama makin menurun (melemah) pengertiannya.
Contoh :
-   Jangankan seribu, seratus, serupiah pun aku tak rela mengeluarkan uang demi dia.
-   Jangankan berdiri atau duduk, bahkan bergerak pun dia tidak bisa.
-   Tiap hari, tiap jam, tiap detik, aku selalu ingat dia.
i.   Retorik atau Retoris
Majas penegasan dengan menggunakan kalimat tanya yang sebenarnya tidak memerlukan jawaban, karena jawabannya sudah diketahutinya.
Contoh :
-   Mana mungkin orang mati akan hidup kembali?
-   Inikah yang kamu namai hasil belajar? (‘bersifat ejekan sebaba sebenarnya hasilnya jelek’)
j.  Korekasio
Majas penegasan yang diperoleh dengan jalan membetulkan (mengoreksi) kembali kata - kata yang sudah diucapkan, baik disengaja atau tidak.
Contoh :
-  Dia adikku, eh bukan, dia kakakku.
-  Ibu berada di kantor, eh bukan, di ruang tamu.
-  Hari sakit ingatan, eh … maaf, maksudku sakit kepala.
k.  Asindenton :
Majas penegasan yang menyebutkan beberapa benda, hal atau keadaan secara berturut-turut tanpa memakai kata penghubung.
Contoh :
-  Kemeja, celana, kaoos dalam, sepatu, kaoos kaki dibelinya di toko itu.
-  Meja, kursi, almari lintang pukang saja dalam kamar itu.
-  Buku, kertas, pensil, fulpen, tinta berserakan di atas meja.
l.   Polisindeton :
Majas penegasan yang menyebutkan beberapa benda, hal atau keadaan secara berturut-turut dengan memakai kata penghubung.
Contoh :
-   Dia tidak tahu, tetapi tetap saja ditanyai, akibatnya marah-marah.
-   Ia membeli sebuah meja dan dua buah kursi, serta sebuah almari.
-   Di dalam ruangan itu terdapat sebuah almari, tiga kursi, sebuah meja, serta sebuah papan tulis berwarna hitam.
m. Ekslamasio :
Majas ini menggunakan kata seru sebagai penegas.
Contoh :
-  Amboi, indahnya pemandangan ini !
-  Wah, cantik benar anak itu !
-  Ah, betapa sendu wajah anak itu !
n.  Praterito :
Majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan menyembunyikan atau merahasiakan sesuatu dan pembaca harus menerka apa yang disembunyikan itu.
Contoh :
-  Tidak usah kau sebut namanya, aku sudah tahu siapa penyebab kegaduhan ini.
-  Saya tak akan berpanjang kalam lagi tentang peristiwa itu. Nasi sudah menjadi bubur, apa yang hendak dikata.
-  Apakah gunanya kukatakanan lagi? Bukankah itu sudah menjadi rahasia umum !
o.  Interupsi :
Majas penegasan yang menggunakan kata-kata atau bagian kalimat yang disisipkan di antara kalimat pokok untuk memperjelas maksud bagian kalimat sebelumnya.
Contoh :
-  Aku – kalau bukan karena terpaksa – tidak akan mau melakukan pekerjaan ini.
-  Biarpun keadaanku begini – lebih menderita sekalipun – aku akan tetap tabah dalam menghadapi hidup ini.
-  Aku – orang yang sudah sepuluh tahun bekerja di sini – belum juga naik jabatan,
4) Majas pertentangan
Majas yang tergolong ke dalam jenis ini adalah :
a.    Antitesis :
Majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan menggunakan kepaduan kata yang berlawanan arti.
Contoh :
-  Cantik atau tidak, kaya atau miskin, bukanlah suatu ukuran nilai bagi seorang wanita.
-  Yang kaya, yang miskin, yang pintar, yang bodoh di hadapan Allah tidak ada perbedaan
-  Tua muda, besar kecil, laki perempuan, berduyun-duyun mengunjungi pengajian akbar di MTsN Srono.
b.   Paradoks :
Majas pertentangan yang melukiskan sesuatu seolah – olah bertentangan, padahal maksud sesungguhnya tidak, karena objek yang berlainan.
Contoh :
-   Di kota yang rama iini, dia merasa sepi.
-   Dia sebenarnya kaya, tetapi miskin.
-   Hatinya sunyi tinggal di kota Jakarta yang ramai ini.
c.       Okupasi :
Majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan bantahan, kemudian diberi penjelasan atau diakhiri dengan kesimpulan. Dengan kata lain dalam majas ini mengakui dulu apa yang dikatakan orang, baru dibantah, kemudian diterangkan dan akhirnya ditarik kesimpulan.
Contoh :
-   Candu itu memang merusak kesehatan manusia. Namun, pemerintah tidak bisa memberantas tuntas, karena bidang kesehatan masih memerlukannya.
-   Merokok itu merusak kesehatan, akan tetapi isi perokok tak dapat menghentikan kebiasaanya, maka muncullah pabrik – pabrik rokok baru karena untungnya banyak.
d.      Kontrak disioin terminis :
Majas pertentangan yang memperlihatkan pernyataan yang tampaknya pertentangan dengan penjelasan atau pernyataan semula. Dengan kata lain, suatu pernyataan yang sudah diucapkandisangkal lagi oleh ucapan berikutnya.
Contoh :
-   Murid – murid sudah pulang semua, kecualiMuklas.
-   Malam ini hening tidak ada bunyi apapun, kecuali bunyi jangkrik.
-   Semua murid telah hadir, kecuali Syaiful yang masih sakit.
e.       Anakronisme
Majas pertentangan yang melukiskan sesuatutidaksesuai dengan jamannya ataukurang dapatditerima oleh akal.
Contoh :
-   Setelahl ahir, bayi itu lantas berbicara dengan ibunya.
-   Shake speare dalam karyanya Julius Caesar menulis “Jam dinding berbunyi tiga kali.” Hal itu sebenarnya bertentangan dengan sejarah, karena pada waktu itu belum ada jam dinding.
Catatan :
1.Gaya Inversi :Pengarang atau pemakai bahasa dikatakan menggunakan gaya inverse apabila yang diutamakan atau dipentingkan predikat kalimat, bukan subjek kaliamatnya.
Contoh :
-          Terang benar bulan malam ini.
-          Besar sekali gajinya.
2. Gaya Elipsi :Gaya inidigunakan apabila subjek atau predikat kalimat tidak lagi dipentingkan, karena dianggap sudah diketahui. Kata - kata yang tinggal mendapatkan tekanan.
Contoh :
-          Pergilah! (dalam kalimat “Pergilah kamu” )
-          Makan! ( dalam kalimat “ makan Nasi ini” )
3. Anekdot:
            Anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Bisa juga diartikan sebagai kisah pendek yang lucu dan menarik mengenai seorang tokoh dalam masyarakat yang isinya belum tentu benar (KBBI:35).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar